Seorang
santri yang dikenal memiliki integritas dan akhlak mulia namanya Cak Pisang datang mengeluh kepada sang
kyai yang sedang” ngisis” didepan teras
rumahnya yang hanya berdidik “gedek” sejenis anyaman bamboo dan berlantaikan “plesteran”,
tanpa keramik mewah.
“Kenapa
kamu itu begitu lesuh, le..?” Tanya Kyai
“
Saya mumet kyai..”
“ola
opo mumet barang, ya cekelan loh.”
“Cekelan,
nopone..”
“Ketok’e
awakmu bingung tenan iki, ana apa tah..?”
“Ngeten
kyai , kulo ngamalaken pitutur panjenangan katha ingkang mboten percados.”
“Lah
, kenapa..?”
“dalem
, mboten kados litune ndamel klambi
merek , macak sugih , , niru kyai sederhana …?”
“hehe
, opo aku ya macak sugih saiki,….”
“Mboten..?”
“Ngene
ae , aku duwe wadahe (peti) kitab iki
ndolen nang pasar loak ngarep iku , ojok
kurang soko limang atus ewu..” sambil menyerahkan peti kitab yang baru saja
diambil dari lemari berdebu kotor dan
butut, kepada Cak Pisang
Sambil
berpikir dan segera berangkat ia ngomel sendiri,” kyai karepe opo , peti kuning
buthek ngene njaluk limang atus ewu, pasar loak pisan, apa laku..?”
Hampir
menjelang shalat dhuhur Cak Pisang belum
berhasil menjual dengan harga Rp 500,000 , seperti pesan kyai, harga paling
tinggi hanya ditawar Rp 25.000, tentu
saja karena pisang patuh kepada kyai, maka dibawa kembali peti kitab tadi
sambil mengeluh.
“Nopo
kyai , paling pool Rp 25.000,_”.
“Ya
wis, saiki coba gawa en nang toko mas mengko sak wis shalat dhuhur, tutupe jam 14.00. Gak usah buka rego , takano ae wani
piro deweke.engkok laporno aku , aja mbok culna barange lho Cuma takon
wanipiro..?”
“nggih..”
Selama
menjalani shalat dhuhur hingga selesai, Cak Pisang tidak habis pikir mendapat
perintah gurunya...sambil bicara sendiri”kyai ini apa maunya, tadi dijual dipasar
loak saja tidak laku sekarang malah disuruh tanya ke toko emas?”.
Setelah
tiba ditoko emas , harap harap cemas Cak
Pisang dikejutkan oleh pertanyaan Ko Hongsiang pemilik toko,
“dapat
dari mana barang ini cak?”
“Dari
kyai, Cuma disuruh tanya Ko Hongsiang, wani piro..?”
“Barang
ini barang langkah lihat tak gosok kayu ukir berlapis dan bergangang emas
kurang lebih 250 gr, kalau aku sih berani cuma seratus juta, apa aku sendiri yang
ngomong sama kyai..?”
“Haaaa
seratus juta beneran Ko…ya w is tak gowo balik barange kamsia yo..! soale Cuma disuruh tanya wani
piro..?”
Sesampainya
di rumah kyai dengan tergopoh gopoh , Cak
Pisang nemui kyai dan menceritakan semua yang dialaminya di toko emas tadi..!”
Sang
Kyai pun menjawab,
“Seperti
inilah mutu orang beriman dan orang berakhlak , mungkin dia tidak dihargai
karena casing nya oleh “tukang loak” , tapi ketika bertemu pedagang
emas maka mutu emas nya bernilai mahal, jadi jangan bersedih jika kamu tidak
dihiraukan , mungkin kamu belum ditemukan
oleh orang dengan mutu nilai emas dalam dirimu”.
Hikmah
apa yang bisa kita ambil
Dalam karir kadang
jika anda sudah menjalani profesi sesuai
aturan yang berlaku , masih saja dimusuhi atau tidak dihiraukan, tak usah
bersedih , mungkin mutu orang itu “loakan” , tetaplah pada nilai nilai hidup
yang anda jalani supaya anda dapat bertemu dengan orang yang mengenali kualitas
“emas “ dalam nilai hidup anda..Jangan bersedih tetaplah dalam Iman. Beramal Shaleh,
tegakkan kebenaran dan kebaikan dengan kesabaran , niscaya kamu akan beruntung “.
Inilah pesan yang tersirat dari QS 103. Kank Hari Santoso , Motivator MSDM dari
Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar