Jumat, 28 Oktober 2016

HIKMAH : Kisah Peti Kitab Sang Kyai , "Kualitas Mu itu Emas Bukan Barang Loakan"




Seorang santri yang dikenal memiliki integritas dan akhlak mulia  namanya Cak Pisang datang mengeluh kepada sang kyai yang sedang” ngisis” didepan  teras rumahnya yang hanya berdidik “gedek”  sejenis anyaman bamboo dan berlantaikan “plesteran”, tanpa keramik mewah.
“Kenapa kamu itu begitu lesuh, le..?” Tanya Kyai
“ Saya mumet kyai..”
“ola opo mumet  barang, ya  cekelan loh.”
“Cekelan, nopone..”
“Ketok’e  awakmu bingung tenan iki, ana apa tah..?”
“Ngeten kyai , kulo ngamalaken pitutur panjenangan katha ingkang mboten percados.”
“Lah , kenapa..?”
“dalem , mboten kados litune ndamel  klambi merek  , macak  sugih , , niru kyai sederhana …?”

“hehe , opo aku ya macak sugih saiki,….”
“Mboten..?”
“Ngene ae , aku duwe  wadahe (peti)  kitab  iki ndolen nang pasar loak  ngarep iku , ojok kurang soko limang atus ewu..” sambil menyerahkan peti kitab yang baru saja diambil dari lemari berdebu kotor  dan butut, kepada  Cak Pisang
Sambil berpikir dan segera berangkat ia ngomel sendiri,” kyai karepe opo , peti kuning buthek ngene njaluk limang atus ewu, pasar loak pisan, apa laku..?”
Hampir menjelang shalat dhuhur Cak Pisang  belum berhasil menjual dengan harga Rp 500,000 , seperti pesan kyai, harga paling tinggi hanya ditawar  Rp 25.000, tentu saja karena pisang patuh kepada kyai, maka dibawa kembali peti kitab tadi sambil mengeluh.
“Nopo kyai , paling pool  Rp 25.000,_”.
“Ya wis, saiki coba gawa en nang toko mas mengko sak wis shalat dhuhur, tutupe jam  14.00. Gak usah buka rego , takano ae wani piro deweke.engkok laporno aku , aja mbok culna barange lho Cuma takon wanipiro..?”
 “nggih..”
Selama menjalani shalat dhuhur hingga selesai, Cak Pisang tidak habis pikir mendapat perintah gurunya...sambil bicara sendiri”kyai ini apa maunya, tadi dijual dipasar loak saja tidak laku sekarang malah disuruh tanya ke toko emas?”.
Setelah tiba ditoko emas , harap harap cemas  Cak Pisang dikejutkan oleh pertanyaan Ko Hongsiang pemilik toko,
“dapat dari mana barang ini cak?”
“Dari kyai, Cuma disuruh tanya Ko Hongsiang, wani piro..?”
“Barang ini barang langkah lihat tak gosok kayu ukir berlapis dan bergangang emas kurang lebih 250 gr, kalau aku sih berani  cuma seratus juta, apa aku sendiri yang ngomong sama kyai..?”
“Haaaa seratus juta beneran Ko…ya w is tak gowo balik barange  kamsia yo..! soale Cuma disuruh tanya wani piro..?”
Sesampainya di rumah kyai dengan tergopoh gopoh  , Cak Pisang nemui kyai dan menceritakan semua yang dialaminya di toko emas tadi..!”
Sang Kyai pun menjawab,
“Seperti inilah mutu orang beriman dan orang berakhlak , mungkin dia tidak dihargai karena  casing nya oleh “tukang loak” , tapi ketika bertemu pedagang emas maka mutu emas nya bernilai mahal, jadi jangan bersedih jika kamu tidak dihiraukan , mungkin kamu belum ditemukan  oleh orang dengan mutu nilai emas dalam dirimu”.
Hikmah apa yang bisa kita ambil
Dalam karir   kadang jika anda sudah  menjalani profesi sesuai aturan yang berlaku , masih saja dimusuhi atau tidak dihiraukan, tak usah bersedih , mungkin mutu orang itu “loakan” , tetaplah pada nilai nilai hidup yang anda jalani supaya anda dapat bertemu dengan orang yang mengenali kualitas “emas “ dalam nilai hidup anda..Jangan bersedih tetaplah dalam Iman. Beramal Shaleh, tegakkan kebenaran dan kebaikan dengan kesabaran , niscaya kamu akan beruntung “. Inilah pesan yang tersirat dari QS 103. Kank Hari Santoso , Motivator MSDM dari Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar